Yang Belum Berlalu
Aku kira kehadiranmu di hidupku, dan kehadiranku di hidupmu hanyalah sebatas angin lalu. Tapi nyatanya yang berlalu di antara kita hanyalah waktu.
Dua tahun lalu pertama kali aku menulis tentangmu. Banyak yang telah berubah, tapi hubungan kita masih sama tidak jelasnya. Kamu masih selalu datang dan pergi sesuka hati. Aku juga masih selalu mengagumi dalam hati.
Jika ada yang berbeda, adalah aku yang mengetahui alasan kenapa kamu masih sering mencariku. Dulu aku kira kamu sering meneleponku saat kamu bosan saja, tapi sekarang aku tahu kalau kamu meneleponku saat kamu kesepian karena aku satu-satunya teman yang bisa kamu ajak berbincang.
Jika ada yang berbeda, dulu aku masih sering berharap dan ingin membuatmu suka kepadaku. Namun sekarang aku cukup senang saat kamu datang, dan tidak keberatan saat kamu kembali menghilang lagi.
Dulu aku sering mencoba menceritakan hal-hal yang aku kira akan bisa membuatmu tertarik kepadaku, sekarang kita hanya membicarakan hal-hal yang biasa saja. Kemana hari ini, pulang jam berapa, makan apa malam ini. Percakapan membosankan yang tidak pernah gagal membuat nyaman.
Banyak yang berubah. Dulu kita masih sama-sama orang asing di negara orang, sekarang kita sudah kembali ke negara masing-masing. Sebenarnya ini bukan hal yang mengejutkan, tapi aku tidak menduga kamu akan lumayan sering menghubungiku. Aku bisa bayangkan bagaimana rasanya, kembali ke negara asal yang lebih terasa asing daripada negara orang yang kamu tinggali lebih dari sepuluh tahun. Aku bisa bayangkan bagaimana sepi itu.
Yang belum berubah, kehadiranmu di hidupku yang masih layaknya angin. Kadang sejuk membawa hawa segar di hariku yang panas. Kadang layaknya tornado yang mengacaukan isi kepala. Angin yang selalu datang untuk pergi, dan pergi untuk datang lagi.
Yang belum berlalu: anganku, perasaanku, dan secercah harapan untuk bersamamu.
Lewat tengah malam, 14 Oktober 2022