Takut #2

Diah Kintan P
2 min readFeb 6, 2024

--

Saat aku masih kecil aku takut akan suatu hal. Sebuah ketakutan yang tidak berdasar dan tidak rasional. Entah apa yang ada dipikiran anak SD itu hingga ia merasa ia akan menikahi orang yang tidak dicintainya. Dan sekarang pun aku masih tidak mengingatnya dengan jelas, apakah aku takut jika itu akan terjadi, atau aku takut karena aku tahu itu akan terjadi.

Photo by Vadim Bogulov on Unsplash

Aku pernah menulis tentang ketakutan tidak berdasar yang kumiliki. Namun seiring bertambahnya usia perlahan ketakutan itu berubah. Bagaimana jika aku akan terus sendiri? Teman-temanku perlahan memulai kehidupan dengan status baru dan membangun keluarga mereka sendiri, sedangkan hidupku masih begini-begini saja.

Pernah sekali teman kerjaku bertanya, “Memangnya kamu tidak ingin menikah? Apa kamu tidak ingin menghabiskan sisa umurmu dengan anak-anak dan pasanganmu nanti?”. Aku hanya menjawab, “Entahlah, aku tidak terlalu ingin hidup selama itu”. Namun jawaban itu ternyata tidak bertahan lama karena saat itu aku hanya terlampau stres akibat pekerjaan dan lelah dengan kehidupan. Sekarang setelah otakku sudah lebih waras aku mulai menginginkan kehidupan seperti yang dijalani orang-orang pada umumnya.

Aku sering bertanya kepada teman-temanku yang sama-sama jomblo, kok bisa ya hidup orang-orang begitu lancar seperti jalan bebas hambatan. Begitu lulus dari perguruan tinggi, mereka mendapatkan pekerjaan, selang beberapa waktu mereka membagi-bagikan undangan untuk menikah setelah pacaran beberapa tahun dengan pasangannya.

Aku rasa aku kehilangan timing. Jika mengamati orang-orang itu kebanyakan dari mereka bertemu dengan pasangannya di bangku kuliahan atau di masa-masa awal setelah mendapat pekerjaan. Setelah lulus aku beberapa kali berpindah-pindah dan memang kebiasaan burukku memutus kontak dan berhenti muncul di media sosial tidak bisa dihentikan.

Seiring berjalannya waktu, lingkup pertemananku semakin sempit dan aku semakin jarang berinteraksi dengan orang baru. Ditambah pekerjaanku yang tidak mengharuskanku keluar rumah, sulit sekali membayangkan diriku berteman dengan orang baru. Bertemu dengan orang baru pun sulit sekali untuk bertemu dengan yang nyambung diajak ngobrol.

Dari situlah ketakutan itu muncul:
Bagaimana kalau aku tidak akan bertemu dengan jodohku? Bagaimana kalau aku akan selamanya sendiri? Apakah aku dikutuk? Berapa tahun lagi aku harus menjomblo, Tuhan?

6 Februari 2024

--

--

Diah Kintan P

Turning the chaos inside my head into well-arranged words. Writing to keep my sanity.