Soal Cinta
Aku tidak tahu ini tulisan keberapa yang aku tujukan untuk kamu. Untungnya kamu tidak pernah tahu kalau aku menuliskan sesuatu tentangmu, lagi dan lagi. Temanku menuliskan satu cuitan yang menarik tadi pagi. Bagaimana caranya berhenti mencintai seseorang? Ternyata itu jadi awal diskusi yang menyenangkan.
Awalnya aku menjawab, aku tidak tahu. Ya aku tidak tahu, aku sering bilang ke teman-temanku yang sebenarnya itu juga pertanyaan untuk diriku sendiri, sampai kapan ya aku akan mencintaimu? Setidaknya, untuk sekarang berhenti mencintaimu tampak seperti sebuah kemustahilan.
Temanku bilang, mencintai orang lain atau berharap kepada waktu untuk menghentikan perasaan itu bukanlah cara yang tepat. Yang seringkali aku lakukan dalam usaha untuk berhenti mencintai seseorang adalah menyibukkan diri sendiri hingga aku melupakan perasaan itu, tapi aku tidak pernah benar-benar berhenti mencintai seseorang itu.
Apa kamu tidak masalah dengan terus mencintai seseorang itu? Dan jika kamu tidak mempermasalahkannya, kenapa kamu baik-baik saja meski kamu tahu tidak ada harapan atau masa depan untuk perasaan itu?
Kamu tahu? Aku percaya cinta hadir dalam banyak bentuk dan macam bahasa. Dan yang sering terjadi adalah, aku menyimpan perasaan yang sama hanya menyampaikannya dalam bahasa cinta yang berbeda. Jika dulu cinta adalah saling menemani dalam suka dan duka, cinta yang akan datang bisa jadi perasaan tenang mengetahui seseorang itu bahagia menjalani hidupnya yang sekarang. Aku pernah mendengar seseorang berkata, selama kau masih peduli dengan seseorang itu artinya kau masih mencintainya. Lawan dari cinta itu bukan benci, tapi ketidakpedulian, katanya.
Tempo hari aku membaca buku kumpulan puisi karya M Aan Mansyur. Masih terngiang di kepalaku kata-kata itu, yang kalau tidak salah begini bunyinya: jatuh cinta dan mencintai adalah dua penderitaan yang berbeda. Otakku berhenti bekerja sesaat setelah membacanya. Cinta, meski sudah terlalu sering dibicarakan, akan selalu menjadi sesuatu yang tidak mudah bagiku. Apalagi mencintai orang-orang yang salah, dan yang mungkin lebih menyakitkan: mencintai orang yang tepat di waktu yang salah.
Malam ini aku memikirkanmu, lagi, entah untuk yang keberapa kalinya. Dan sampai saat ini aku masih belum menemukan jawaban. Apakah kamu orang yang salah yang terlanjur aku cintai? Ataukah kamu orang yang tepat di waktu yang salah? Yang aku tahu, semesta memang tidak merestui kita bersama.
Hakone, 28 Mei 2020