Sebuah Pesan
Sebuah pesan masuk dari masa lalu. Apa yang harus aku lakukan? Tidak peduli seberapa jauh aku berlari, ia akan lagi dan lagi datang menghampiri. Perasaan yang mengganggu itu juga datang lagi. Apakah rasa bersalah? Ataukah penyesalan?
Aku baca pesan itu hingga selesai. Sama seperti pesan-pesan sebelumnya, tidak bisa aku pahami. Lebih banyak pertanyaan yang muncul di kepala. Kenapa? Kenapa kamu selalu mengirimiku pesan-pesan ini? Haruskah semua hal yang mengganggumu kuketahui? Adakah maksud lain? Apa pedulimu?
Mungkin lebih baik aku diam saja, tidak menanggapi. Walaupun teramat sangat penasaran. Namun aku pun harusnya juga tahu. Tidak akan ada jawaban yang memuaskan. Jawabannya hanya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru. Lalu sesi tanya jawab itu akan menjadi sebuah percakapan. Dan kata-katanya akan memasuki celah-celah di antara benteng pertahananmu. Jangan biarkan ia dapatkan yang diinginkannya.
Satu, dua tahun berlalu. Semuanya sudah selesai buatku. Tidakkah begitu pula buatmu? Aku kira kamu sudah menyelesaikannya awal tahun ini. Aku kira kamu sudah tidak tertarik berurusan denganku. Ada apa lagi?
Mungkin jika aku mengabaikanmu dan terus mengabaikanmu, kamu akan berhenti mengirimiku pesan-pesan itu.
Ah, sudahlah.
Masa bodoh dengan masa lalu.
Hakone, 8 Mei 2020