Mister Donut Date

Diah Kintan P
2 min readMay 9, 2020

--

Photo by Kreated Media on Unsplash

Tiga tahun lalu, saat aku masih hanya seorang pelajar yang beruntung untuk mendapat beasiswa dan ngicipi sekolah di Jepang, aku berteman dengan dua orang Eropa. Yang satu dari Spanyol, yang satu dari Slovakia. Keduanya sedang mengejar gelar master saat itu, meski mereka berdua lebih tua dariku, kami bertiga berteman dengan baik.

Mereka datang enam bulan lebih awal, mereka datang saat musim gugur dan aku datang musim semi tahun berikutnya. Mereka selalu terlihat bersama. Saat awal kedatanganku mereka berdua sudah sangat akrab dan hampir tidak pernah terpisahkan.

Aku tidak ingat pasti bagaimana semua bermulai. Aku memang mengikuti beberapa kelas yang sama dengan temanku dari Spanyol, tapi kami tidak begitu sering ngobrol. Suatu hari, mungkin karena kami sama-sama sedang malas menggunakan bahasa Jepang, kami akhirnya ngobrol dengan bahasa Inggris yang (meskipun tidak mengejutkan) ternyata lebih nyambung. Entah apa yang jadi topik utama perbincangan kami hari itu, tapi kami jadi membicarakan soal makanan Korea. Dia bilang dia tahu satu restoran Korea di daerah Kannai (di kota Yokohama) yang masakannya enak. Aku langsung membuka buku agenda dan segera membuat janji untuk pergi makan bersama. Ternyata ini yang memicu kedekatan kami, karena aku tidak omdo (selama di Jepang memang sering terjadi yuk-yuk yang sebenarnya hanya basa-basi).

Singkat cerita, kami pergi makan bersama untuk pertama kalinya. Dan setelah hari itu kami semakin dekat. Kami sering sekali menghabiskan waktu bersama, untuk pergi jalan-jalan, kadang hanya makan malam bersama di asrama, menonton film bersama setelah makan malam, atau kadang hanya minum kopi dan ngobrol-ngobrol hingga larut malam. Satu kegiatan yang rutin kami lakukan setiap minggu yaitu, ng-date di Mister Donut setiap hari Kamis. Aku lupa bagaimana ceritanya hingga ritual ini ada karena sesungguhnya aku hanya nimbrung dan jadi orang ketiga hingga benar-benar diterima. Setiap hari Kamis setelah kelas selesai, kami bertiga akan pergi ke Mister Donut. Kami bisa menghabiskan beberapa jam untuk ngobrol-ngobrol dan berbagi gosip.

Musim panas tahun itu, mereka harus kembali ke negara masing-masing. Kami memang memiliki kepribadian yang lumayan mirip, dan salah satu kesamaan di antara kami adalah sering ghosting dan jarang memulai percakapan. Satu temanku sekarang di Jepang, dan seorang lainnya sekarang di Slovakia. Meskipun sangat jarang saling berkabar, kami seolah memaklumi. Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya, apakah kami akan benar-benar bisa bertemu dan menjalankan ritual ‘Mister Donut date’ lagi?

Hakone, 9 Mei 2020

--

--

Diah Kintan P
Diah Kintan P

Written by Diah Kintan P

Turning the chaos inside my head into well-arranged words. Writing to keep my sanity.

No responses yet