Maaf…

Diah Kintan P
2 min readFeb 2, 2024

--

Photo by Alekon pictures on Unsplash

Lucu rasanya walau aku tahu aku tidak akan pernah mengirim ini secara langsung untukmu, aku masih menunda untuk menuliskan ‘surat’ ini. Seperti kata maaf yang tulus yang semestinya aku sampaikan untukmu bertahun-tahun lalu.

Aku pertama kali mengenalmu sepuluh tahun yang lalu, saat aku masih terlalu muda untuk menjadi mahasiswa. Kala itu jatuh cinta dan menjalin hubungan bukan perkara yang sulit. Asal ada kesamaan dan sama-sama ada ketertarikan, menyambut orang baru di hidupku jauh lebih mudah. Aku sering merasa heran kenapa sekarang semua itu terasa sulit bagiku. Seringkali aku berpikir mungkin itu karena orang-orang yang kusakiti di masa lalu belum memaafkanku dan diam-diam mengutukku. Kamu kah salah satunya?

Sembilan tahun lalu kita mulai menjalin hubungan. Semua berawal dengan indah, tapi sepertinya itu tidak bertahan lama. Aku tidak cukup mengenal diriku dengan baik dan aku tidak bisa berkawan baik dengan kesendirian. Maka aku jadikan kamu satu-satunya teman dalam kesepianku. Aku menyukaimu karena kamu memberikan apa yang aku inginkan, karena kamu bisa menjadi sosok yang aku inginkan, hingga aku menyadari bahwa mungkin aku tidak pernah menyukaimu sebagai dirimu sendiri.

Harus ku akui aku bukan pasangan yang terbaik untukmu kala itu. Aku mengambil semua darimu tanpa memberimu apapun. Aku bahkan terus berpikir bahwa akan ada yang lebih baik nanti, sampai aku tidak pernah benar-benar mau terikat. Lalu aku menyadari bahwa perasaanku kepadamu bukanlah cinta, bahkan ketika kita terpisah jarak aku tidak pernah merasakan hampa dari ketidakhadiranmu, layaknya kamu tidak pernah ada.

Akhirnya sudah jelas. Aku berusaha untuk berlari sejauh mungkin darimu dan memutuskan hubungan secara sepihak. Tidak pernah ada obrolan serius. Hanya diam. Cerita setelahnya pun aku sudah tidak ingat, atau lebih tepatnya aku tidak mau mengingatnya.

Enam tahun setelah kita berpisah, aku bahkan tidak tahu di mana kamu sekarang. Aku sedikit mendengar kabarmu dari teman satu atau dua tahun lalu. Tapi aku percaya bahwa sebaiknya kita tidak usah bertemu atau berbincang lagi. Jika kita tidak sengaja bertemu, semoga aku bisa lebih cepat menghindar sebelum kamu menyapa.

Enam tahun berlalu, dan aku masih belum benar-benar meminta maaf kepadamu.
Maaf. Maaf jika aku telah menyakitimu dan meninggalkan banyak luka di hatimu. Aku rasa kamu sudah memaafkan aku dan melanjutkan hidupmu dengan orang baru. Tapi bukan berarti aku sudah tidak berkewajiban untuk meminta maaf kepadamu. Jadi, maafkan aku. Untuk semua yang telah berlalu. Dan maafkan aku, yang tidak akan mengirimkan ini kepadamu.

2 Februari 2024

--

--

Diah Kintan P

Turning the chaos inside my head into well-arranged words. Writing to keep my sanity.