Hari Terakhir

Diah Kintan P
2 min readOct 3, 2021

--

Semua dimulai dengan biasa saja, seperti biasanya. Matahari terbit di timur dan aku masih terbangun walau enggan. Semalam aku kesulitan tidur dan baru terlelap sekitar pukul tiga pagi. Bukan tanpa alasan. Hari ini hari terakhir aku bekerja setelah hampir dua setengah tahun. Entah mengapa semalam aku merasa begitu cemas. Jantungku berdegup lebih kencang setiap memikirkannya. Aku jadi ingat hari pertamaku di sini.

Hari terakhir. Kenapa semua kata menjadi terdengar begitu menyedihkan setiap kali bersanding dengan kata “terakhir”? Memang semua yang berawal pasti berakhir. Seperti semua pertemuan pasti berujung perpisahan. Kalau kata salah satu senpai yang bisa kita lakukan hanyalah mencoba untuk terbiasa.

Pagi ini aku beranjak dari tempat tidur dengan mata setengah terpejam. Membuka gawai dan membalas pesan-pesan dari temanku sambil setengah hati mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Hati ini rasanya berat sekali mencoba menghadapi kenyataan. Waktu cepat sekali berlalu, sayangnya sekeras apa aku berusaha mempersiapkan diri untuk sebuah perpisahan nyatanya aku masih belum siap juga walaupun kenyataan itu sudah di depan mata.

Aku keluar kamar dengan tergesa, aku terlalu sibuk membalas pesan temanku hingga aku lupa waktu. Aku menunggu bus jemputan di depan apartemenku. Bus datang. Seperti hari-hari lain dan hari-hari sebelumnya aku berangkat. Mengerjakan hal-hal yang sudah aku hafal di luar kepala, aku bisa melakukan semuanya tanpa berpikir. Hari ini adalah hari terakhir aku bisa bekerja tanpa banyak berpikir seperti ini.

“Hari ini adalah hari terakhir.”

Aku terus mengulang-ngulang kalimat itu di kepalaku. Dan aku merasa ada yang berbeda dari caraku bekerja hari ini. Aku merasa aku lebih bersungguh-sungguh, padahal beberapa hari yang lalu aku masih bekerja sambil terus mengeluh. Aku merasa lebih tenang, mengerjakan semua hal dengan lebih tulus, lebih banyak tersenyum. Sebagian dari diriku bertanya, “kenapa aku tidak bisa bekerja seperti ini setiap hari?”

Mungkin aku mengerti kenapa ada nasihat untuk menjalani hari seperti hari itu adalah hari terakhir. Lakukan semua seperti itu adalah hal terakhir di hidupmu. Lakukan semua sebaik-baiknya, sebagaimana kamu ingin diingat. Lakukan semua sebaik-baiknya biar tidak ada penyesalan. Sedikit kedamaian di dunia yang hanya sementara.

Jakarta, 4 Oktober 2021

--

--

Diah Kintan P
Diah Kintan P

Written by Diah Kintan P

Turning the chaos inside my head into well-arranged words. Writing to keep my sanity.

No responses yet