Buku Diari

Diah Kintan P
2 min readJun 1, 2020

--

Ia menulis. Setiap hari dibukanya buku kecil itu, dituliskannya cerita-cerita tentang harinya yang kadang menyenangkan, kadang melelahkan, tapi ia lebih sering menulis soal kebosanan yang tidak berarti. Ia juga menuliskan catatan harian di media sosialnya, mengikuti jejak seorang teman, yang kemudian yang dilakukannya juga menjadi inspirasi untuk teman lainnya. Catatan itu tidak lebih dari 280 karakter. Tapi ia menulis, setiap hari.

Photo by Zoran Borojevic on Unsplash

Banyak alasan mengapa ia menulis dan terus menulis. Ia bilang, mungkin suatu saat ia ingin membaca bagaimana ia menghabiskan hari-harinya. Kadang ia bilang, ia tidak ingin melupakan apa yang terjadi di hidupnya. Lain waktu ia bilang, menulis memberikan waktu sejenak untuk berpikir, semacam waktu untuk meditasi baginya. Di kesempatan lain ia juga bilang, ia menulis supaya tidak gila.

Hanya kepada orang-orang terdekat ia akan bercerita. Akan ketakutannya hidup sendiri, jauh dari keluarga. Hidup di antara manusia-manusia individualis, hanya mementingkan kenyamanannya, tidak pernah terlalu peduli dengan orang di sekitarnya. Ia takut, jika suatu saat hal buruk terjadi padanya dan tidak ada yang cukup khawatir untuk mencarinya.

Kepada teman-teman dekatnya saja ia bercerita, kepada yang benar-benar peduli saja ia akan menjelaskan satu alasan ‘gelap’ itu. Jika suatu saat nanti aku pergi meninggalkan dunia ini, aku ingin orang melihat hidupku dari sudut pandangku. Jika aku mati sendiri di kamar ini, aku ingin ada yang bertanya, “Kenapa aku tidak melihat tulisannya hari ini?”

Hakone, 2 Juni 2020

--

--

Diah Kintan P
Diah Kintan P

Written by Diah Kintan P

Turning the chaos inside my head into well-arranged words. Writing to keep my sanity.

No responses yet